AL-KHALIFAH
Al-khalifah adalah
“Suatu susunan pemerintahan yang diatur menurut ajaran agama Islam”.
Sebagaimana yang dibawa dan dijalankan oleh nabi Muhammad SAW. Semasa hidup
beliau, dan kemudian dijalankan oleh Khulafaur Rosyidin ( Abu Bakar, Umar bin Khattab,
Ustman bin Affan, dan Ali bin Abi Tholib). Kepala Negaranya dinamakan
“Khalifah” .
Hukum Membentuk Khalifah
Kaum
muslimin ( Ijma’ yang Mu’tabar) telah bersepakat bahwa hukum mendirikan
Khalifah itu adalah Fardhu Kifayah atas kaum semua muslimin. Alasanya adalah :
1. Ijma’
sahabat, sehingga mereka mendahulukan permusyawarahan tentang khalifah daripada
urusan jenazah Rosulullah Saw. Ketika itu para pemimpin islam sungguh ramai
membicarakan soal khalifah itu, saling berdebat dan mengemukakan
pendapat, akhirnya tercapailah kata sepakat memilih Abu Bakar menjadi Khalifah.
2. Tidak
mungkin dapat menyempurnakan kewajibanya, semisal membela agama, menjaga
keamaan, dan sebagainya, selain dengan adanya Khalifah.
3. Beberapa
ayat dan hadist yang menyuruh umat islam menaatinya, yang dengan tegas menjadi
janji yang pasti dari Allah Swt. Kepada muslimin yang mula-mulanya waktu hidup
dalam ketakutan, kegelisahan, dan kezaliman, tetapi mereka terus berjuang untuk
menegakkan kebenaran dan keadilan. Allah menjanjikan bahwa mereka akan menjadi
khalifah di muka bumi.
Firman
Allah Swt :
وَعَدَاللهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا
مِنْكُمْ وعَمِلُوْالصَّلِحٰتِ َلَيَسْتَخْلِِفَنَّهُمْ فِي الاَرْض
كَمَااسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ
الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَيُبَدِّ لَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًا ٠
النورا:٥٥
“
dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yangh beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh bahwa
Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia
telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh ia akan
meneguhkan bagui mereka agama yang diridhoi-Nya untuk mereka, dan dia
benar-benar akan menukar(keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan
menjadi aman sentosa” An-Nur : 55)
Dasar-Dasar Khalifah
1. Kejujuran
dan ke ikhlasan serta bertanggung jawab dalam menyampaikan amanat kepada
ahlinya (rakyat) dengan tidak membeda-bedakan bangsa dan warna kulit.
2. Keadilan
yang mutlak terhadap seluruh umat manusia dalam segala sesuatunya.
3. Tauhid
( mengesakan Allah), sebagaimana yang diperintahkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an
sopaya mentaati Allah dan Rasulnya.
4. Kedaulatan
Rakyat yang dapat dipahami dari perintah Allah yang mewajibkan kita taat yang
ulil amri(wakil-wakil rakyat)
Hak Mengangkat Dan
Memecat Khalifah
Telah
menjadi kesepakatan para ulama bahwa memilih Khalifah adalah fardu kifayah atas
ahlul halli wal ‘aqdi ( para ulama,
cerdik, pandai, dan pimpinan-pimpinan yang mempunyai kedudukan dalam
masyarakat)dikalangan umat. Dengan
pemilihan kedaulatan akan didukung oleh seluruh umat
Kekuasaan Rakyat.
Firman Allah Swt :
وَالَّذِيْنَ اسْتَجَا بُوْالِرَبِّهِمْ وَاَقَامُو
الصَّلٰوةَ واَمْرُهُمْ شُوْرٰى بَيْنَهُمْ ومِمَّا رَزَقْنٰهُمْ
يُنْفِقُوْنَ السورى: ٣٨
“ dan (bagi) orang-orang
yang menerima ( mematuhi) seruan Tuhanya dan mendirikan salat, sedangkan urusan
mereka (diputus-kan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka (Asy-Syura : 38)
Syarat-syarat
memilih
1. Adil dalam arti yang
sebenarnya. Yang dimaksud adil dalam hal ini ialah orang yang mengerjakanya
serta menjauhkan diri dari segala maksiat serta menjaga kehormatan dirinya.
2. Ahli ilmu dan
berpengetahuan luas, agar ia mengetahui siapa yang lebih berhak dipilih. Kata
Rasyid Rida, “ sifat ilmu berlebih berkurang menurut masa. Sekarang masa
kemajuan, maka hendaklah dalam majelis syura ahlul halli wal ‘aqdi itu cukup mempunyai orang-orang yang
berpengetahuan luas yang diperlukan di masa sekarang. Adapun ilmu yang
menyampaikan seseorang pada derajat mujtahid menjadi syarat untuk jumlah
anggota syura, berarti dalam majlis syura itu hendaklah ada orang alim
yang mencapai derajat mujtahid supaya
dapat menyesuaikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dengan hukum syara’ islam.
3. Mempunyai pendirian
yang teguh ( percaya pada diri sendiri ),
bijaksana, serta menarik perhatian, pandai menyelidiki sesuatu. Yang dimaksud
pandai dalam agama islam tidak didasarkan dengan adanya ijazah diploma
sebagaimana keadaan di zaman sekarang ini.
Syarat-Syarat
Menjadi Khalifah
1. Berpengetahuan
luas.
2. Adil
dalam arti luas, berarti menjalankan segala kewajiban dan menjahui segala
larangan serta dapat menjaga kehormatan dirinya sendiri. Khalifah juga
berkewajiban mengawasi segala hukum yang dijalankan oleh wakil-wakil negeri
yang diserahinya.
3. Kifayah,
artinya bertanggung jawab, teguh, kuat, dan cakap untuk menjalankan
pemerintahan, memajukan Negara, dan agama, sanggup membela keduanya dari segala
ancaman musuh.
4. Sejahtera
panca indera dan anggota lainya dari segala yang mengurangi kekuatan pikiran
dan kekuatan jasmaninya atau tenaganya.
Sebagian
ulama berpandapat, diisyaratkan bahwa yang menjadi khalifah itu dari bangsa
Quraisy. Mereka beralasan pada beberapan zihir hadist, diantaranya sabda Rosulullah
SAW., “ Imam-imam itu dari bangsa Quraisy,” dan sabda beliau “ dahulukan bangsa
Quraisy, dan jangan kamu mendahuluinnya.” Ulama–ulama lain menafsirkan
hadis-hadis serupa ini sebagai berikut : Sungguh pun beberapa hadis menerangkan bahwa
khalifah itu hak bangsa Quraisy, tetapi dasar hadis-hadis itu ialah karena
bangsa Quraisy mempunyai sifat-sifat berani, kuat, teguh pendirianya, dan
mempenyai hubungan erat antara satu dengan yang lainya. Memang diakui oleh
semua golongan Arab yang lain bahwa bangsa Quraisy mempunyai sifat mulia dan
lebih terhormat, dibandingkan golongan-golongan Arab lainya.
Sigah
mubaya’ah (lafaz pengangkatan khalifah) adalah lafaz yang di ucapkan ketika
pengangkatan (bai’at)
Kewajiban Khalifah
Terhadap Agama Dan Rakyat
1. Membela
dan menghidupkan agama, menjalankan nas-nas yang disepakati(mujma’ alaihi)
serta memberi keleluasan, kebebasan kepada rakyat dalam masalah ijtihadiyah yang bersangkutan dengan
amal masing-masing, baik dalam ilmu pngetahuan maupun yang bersangkutan dengan pekerjaan, baik masalah ibadah atau
berupa urusan penghidupan.
2. Men-tanfiz-kan hukum antara orang-orang
berselisih (pengatur pengadilan)
3. Menjaga
keamanan umum agar penghidupan segenap umat manusia terjamin dengan aman
tentram
4. Bermusyawarah
dengan wakil-wakil rakyat dalam tiap-tiap urusan yang tidak ada nashnya.
5. Mengatur
penjagaan batas-batsa negeri dengan sekuat-kuatnya.
6. Jihad,
melakukan peperangan terhadap musuh-musuh apabila telah sampai pada batas-batas
yang diizinkan agama.
7. Mengatur
kemakmuran menurut apa yang diizinkan agama.
8. Menyasuaikan
penyerahan pekerjaan dan kekuasaan menurut kecakapan dan keikhlasan orang yang
diserahi.
9. Hendaklah
ia bekerja sendiri untuk mengamati dan memperhatikan soal-soal yang diserahkan
kepada wakil-wakilnya.
Majlis Syura
Yaitu:
permusyawarahan dalam segala urusan yang tidak ada nas qat’I dan tidak ada pula ijma’. Permusyawarahan hendaklah
dilakukan dalam segala hal urusan, baik ada yang ada nas ( permusyawarahan tentang cara dan jalan mentanfizkannya atau pun yang tidak ada
nas. Permusyawarahan dilakukan secara ijtihadiyah
yang berdasar atas kemaslahatan.
وَشَاوِرْهُم ْ فِى الاَمْرِ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّل عَلَىاللهِ إِنَّ
اللهَ يُحِبُّ ُالمُتَوَكِّلِيْنَ :آل عمرن :١٥٩
“ Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada- Nya.”( Ali
Imron: 159)
Pada
masa Rosulullah Saw beliau sering sekali bermusyawarah dengan sahabat-sahabat
beliau dala urusan kenegaraan atau kemasyarakatan.
Hilangnya
Hak Pimpinan
Khalifah
mempunyai kewajiban menjalankan hukum Allah dan Rosul Nya, baik terhadap
dirinya sendiri maupun terhadap jalanya pemerintahan. Segala hukum Negara tidak
boleh bertentangan dengan hukum Allah dan RosulNya. Apabila hukum Allah
di-Tanfizkanya untuk dirinya, masyarakat, dan Negara, maka rakyat wajib
menaatinya, dan apabila ia tidak menjalankan hukum Allah dan Rosulnya,
hilanglah haknya sebagai khalifah, begitu juga jika kekuatanya sudah berkurang
sehingga tak lagi menjalankan kewajibanya dengan sempurna terhadap masyarakat
dan Negara, sebab ia jatuh ketangan musuh. Keadaan demikaian memperbolehkan
rakyat menghukum dan memutuskan kepemimpinanya, serta berhak memilih penggantinya
agar roda pemerintahan dapat berjalan terus.
Berbilang
Pimpinan
Menurut
asal hukum Syara’ Islam, diwajibkan adanya pimpinan pemerintahan yang satu
diseluruh negeri Islam sebagaimana yang ada di masa khalifah-khalifah zaman
keemasan.
PENDIRIAN ATAU PANDANGAN ISLAM TERHADAP PEMELUK AGAMA LAIN.
Anggapan
Negara islam terhadap pemeluk agama lain terbagai dalam empat golongan :
1. Ahli
zimmah : kaum yang mendapat jaminan Allah dalam hak dan hukum Negara. Yaitu
mendapat hak dan hukum yang sama dengan kaum muslimin, hak-haknya tidak boleh
dilanggar atau dikurangi. Adapun mengenai ibadah diserahkan kepada mereka
sendiri, mereka berhak beramal dan belajar menurut agama dan keyakinan mereka
sendiri.
2. Musta’man
: pemeluk agama lain yang meminta perlindungan keselamatan dan keamanan
terhadap diri dan hartanya. Diri dan harta mereka wajib dilindungi dari segala
yang akan membahayakan selama mereka berada dalam perlindunagn kita.
3. Mu’ahadah
: perjanjian damai dan persahabatan antara Negara lain yang bukan Negara islam,
baik disertai dengan perjanjian akan tolong menolong, saling membela, ataupun
tidak.
4. Harbi
atau musuh : pemeluk agama lain yang mengganggu keamanan dan ketentraman,
bersift zalim atau melakukan penganiayaan., suka mengahsut-hasut, membuat
fitnah, mangacau, dan memaksa-maksa orang untuk meninggalkan agamanya atau
tidak mengamalkanya. Golongan ini dianggap musuh oleh islam, kita diizinkan
melawan, mengangkat senjata, dan mengumumkan perang kepada mereka selama
perbuatan mereka yang keji masih mereka lakukan. Dengan demikain, tercapai
keamanan dan kesentosaan bagi setiap pemeluk Agama Allah, agama dapat tegak
berdiri, tidak diganggu dan difitnah lagi oleh pengacau dan perusak itu.
FIQIH
KHALIFAH
Dosen
Pengampu :
Drs.
Abdul Aziz, M. Ag
Oleh:
Tri Widodo Nim:
26.10.1.1.026
JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN USHULUDDIN IAIN SURAKARTA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar